Go Klik-Info,Dulu, Kerajaan Pekat dan Tambora makmur.
Raja dan rakyat di kerajaan tersebut masih percaya pada roh-roh halus.
Kerajaan Dompu, Bima dan Sanggar sudah Islam.
Seorang da’i kelana asal Bagdad datang ke
Kerajaan Pekat dan Tambora. Namanya Syekh Saleh Al-Bagdadi. Dia
bermaksud mengislamkan masyarakat setempat. Caranya sangat santun.
Ajaran agama disampaikan dengan lemah lembut. Syekh mengajarkan Sahadat
dan Sholat. Juga memberi tahu soal perbuatan halal dan haram. Antara
lain yang tergolong haram adalah memakan bangkai, anjing dan babi.
Mulanya Syekh diterima baik. Tapi ternyata itu hanya sikap berpura-pura.
Sebagian mereka tidak ingin Syekh mengubah kepercayaan mereka.
Sekali waktu masyarakat Tambora menjamu
Syekh. Aneka makanan lezat seperti gulai dihidangkan. Syekh menikmati
makan tersebut. Usai makan, masyarakat bertanya, “Bagaimana Syekh,
apakah masakan kami enak?”. Syekh menjawab, “Alhamdulillah, sangat
enak”. “Gulai yang enak tadi adalah daging anjing,” ujar masyarakat.
Betapa kagetnya Syekh. Dia kecewa dengan
masyarakat setempat. Dia mendo’akan supaya Allah memberi ganjaran kepada
mereka. Syekh lantas pergi ke barat, arah pesisir Kerajaan Dompu. Tak
berapa lama bencana datang. Gunung Tambora meletus. Hujan batu dan abu
serta lahar panas menyapu masyarakat di dua kerajaan itu.
Setelah musibah itu, Syekh tetap
mendedikasikan hidupnya untuk Islam. Dia mengajarkan masyarakat pesisir
sepanjang teluk di Barat Kerajaan Dompu untuk taat pada perintah Allah.
Dia menghabiskan hidupnya untuk berdakwah.
Berkat jasa luar biasanya bagi masyarakat
pesisir di daerah tersebut, teluk nan indah itu dinamai Teluk Saleh.
Nama Syekh menjadi abadi. Sebuah penghormatan yang pantas berkat ilmunya
yang bermanfaat.
Dikutip dari Muslimin Hamzah dalam Ensiklopedia Bima, 2004.
***Terima Kasih***
Artikel Terkait:
Share :