Go Klik-Info- Ya?ahowu! Kata tersebut merupakan
ucapan salam sebagai sapaan hangat sehari-hari warga Nias saat Anda
berada di Pulau Nias. Kabupaten Nias dengan ibukota Gunungsitoli dapat
ditempuh melalui udara Bandara Polonia dengan menempuh sekitar 45 menit
perjalanan.
Bagi penggemar ombak lautan dan peselancar, keindahan Pantai Sorake dan Lagundri yang terletak di Kabupaten Nias Selatan, menjadi tempat perburuan ketiga di dunia.
Ombaknya yang lincah menjadi ciri khas Pantai Sorake dan Lagundri, yang telah lama menjadi kenikmatan bagi parisatawan mancanegara.
Banyak pantai yang masih belum tersentuh para turis di sekitar Pulau Nias. Diwilayah Afulu terdapat pantai berpasir merah dengan pemandangan menakjubkan. Atmosfernya yang hening sangat ideal untuk menikmati pantai tersebut.
Beberapa elemen masyarakat menyatakan, penduduk asli Nias adalah sokhi, yang berarti baik. Menurut sesepuh adat Nias, ami li moroi ba go juga sudah mendarah daging di masyarakat asli Nias.
Dengan kata lain, ucapan atau sapaan lebih berharga bagi masyarakat asli Nias, ketimbang makanan yang paling enak sekalipun. Peninggalan zaman megalitikum masih tampak berdiri megah di Kecamatan Gomo.
Situs itu diperkirakan telah berdiri lebih dari 3.000 tahun, dan diyakini sebagai daerah awal mula penyebaran penduduk Pulau Nias. Perkampungan dengan rumah?rumah tradisional tampak masih utuh, asli, dan berdiri kokoh. Hal itu bisa dijumpai di Desa Bawomataluo dan Hilisimaetano.
Anggaran setiap unit rumah adat ditetapkan sebesar Rp20 juta, dengan total anggaran senilai Rp2 miliar. Termasuk sebuah Omo Sebua (rumah adat bagi kepala adat desa) di desa Bawamataluo, Nias Selatan, yang sudah menjadi salah satu situs sejarah.
Jumpai satu?satunya rumah adat paling besar (seluas 300 meter) di Nisel, tepatnya di Desa Bawomataluo. Di Omo Sebua tersebut banyak terdapat benda?-benda dan ornamen khas NIas. Antara lain genderang perang berukuran besar, alat-?alat perang, kepala rusa dan monyet, ukiran?-ukiran patung dan rahang babi.
Setiap benda tersebut berusia ratusan tahun. Omo Sebua yang diperkirakan berusia 160 tahun, telah dihuni oleh beberapa gene?rasi. Selain digunakan untuk pertemuan para Si Ulu (golongan bangsawan) dan Si Ila, rumah adat besar itu dipakai untuk meletakkan jenazah para bangsawan.
Saksikan juga kesenian lompat batu dan tarian perang di Desa Bawomataluo.
(Majalah Amica edisi Juni 11)[Ghiboo.com/id.yahoo.co.id/go Klik-Info]
***Terima Kasih***
Artikel Terkait:
Share :