Jump To Top
BACK TO
TOP





Saya Ucapkan Selamat Datang Di GoKlik-Information Jelajahi Informasi disini karena banyak informasi menarik dan layak untuk anda baca Terima kasih telah berkunjung
News Update :

6 Tempat Wisata Indonesia yang Lahir dari Legenda


Kesedihan Gadis Cantik Berwujud Batu Gantung


Batu Gantung, Sumatra Utara  (Foto: Nakarasido)
Batu Gantung, Sumatra Utara (Foto: Nakarasido)
Batu Gantung, Sumatra Utara

Tak hanya Danau Toba yang memiliki legenda rakyat yang menarik. Di sekitarnya di kota Parapat juga ada sebuah tempat wisata yang lahir dari cerita rakyat.

Parapat adalah sebuah kota kecil di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Kota kecil di tepi Danau Toba ini merupakan tujuan wisata yang ramai dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun mancanegara, demikian seperti dikutip dari situs Indonesia.Travel.

Selain sebagai tempat wisata, Parapat juga merupakan sebuah kota yang melegenda di kalangan masyarakat Sumatera Utara. Di kota ini terdapat sebuah batu yang menyerupai manusia, yang diyakini adalah penjelmaan gadis cantik bernama Seruni.

Alkisah dulu di tepi Danau Toba hidup sepasang suami istri dengan anak perempuannya yang cantik bernama Seruni. Karena cantik, banyak pemuda yang ingin menjadi kekasihnya.

Sayangnya, Seruni telah dijodohkan oleh orangtuanya pada seorang pemuda yang masih sepupunya sendiri. Padahal Seruni sudah memiliki lelaki pilihannya sendiri.

Suatu hari, Seruni duduk melamun di pinggir Danau Toba bersama anjingnya, Toki. Seruni melamunkan nasibnya yang akan dijodohkan pada pria yang tak dicintainya. 

Seruni ingin mengakhiri hidupnya, dengan melompat ke Danau Toba dari pinggir tebing yang curam. Saat berjalan menuju tebing itu, Ia terperoso dalam lubang batu yang besar.

Seruni pun memutuskan untuk mengakhiri hidupnya di batu itu. Oa berteriak "Parapat, Parapat!" yang artinya merapat, agar batu itu merapat dan menghimpit tubuhnya.

Singkat cerita, batu tersebut akhirnya menghimpit tubuh Seruni di dalamnya. Kini Anda dapat melihat sebuah batu besar yang menyerupai tubuh seorang gadis dan seolah-olah menggantung di tepi tebing. Oleh masyarakat setempat batu itu disebut Batu Gantung, dan kota yang kini menjadi tempatnya disebut Parapat, karena kata-kata yang terakhir diserukan Seruni.

Cinta Terlarang Anak & Ibu di Tangkuban Parahu


Tangkuban Parahu, Jawa Barat (Foto: bandungtourism)
Tangkuban Parahu, Jawa Barat (Foto: bandungtourism)
Tangkuban Parahu, Jawa Barat

Tangkuban Parahu adalah gunung berapi yang masih aktif, terletak 25-30 km di utara kota Bandung ke arah kota kecil Lembang. Perpaduan antara keindahan alam, dongeng populer, dan akses yang mudah dari Bandung menjadikan Tangkuban Parahu sebagai ikon wisata Jawa Barat. 

Gunung Tangkuban Parahu (2084 m dpl) terbentuk dari aktivitas letusan berulang Gunung Api Sunda. Dalam catatan selama 2 abad terakhir, gunung ini meletus beberapa kali, yaitu: 1829, 1846, 1862, 1887, 1896, 1910, dan tahun 1929, demikian seperti disitat dari Indonesia.Travel.

Namun menurut penduduk setempat, Tangkuban Parahu ini ada karena suatu legenda bernama Legenda Sangkuriang. Sangkuriang adalah seorang anak dari wanita cantik bernama Dayang Sumbi yang hidup di tengah hutan. 

Suatu hari, Sangkuriang kecil melakukan kesalahan dan membunuh anjing peliharaan mereka yang ternyata adalah jelmaan ayahnya sendiri. Dayang Sumbi yang mengetahui hal itu kemudian marah dan mengusir Sangkuriang dari rumahnya.

Bertahun-tahun berlalu, Sangkuriang tumbuh dewasa dan menjadi seorang pemuda kuat, sakti dan gagah perkasa. Secara tak sengaja, Ia kembali ke hutan tempatnya tinggal bersama ibundanya dulu dan bertemu dengan Ibunya si Dayang Sumbi.

Dayang Sumbi yang memang terkenal cantik dan awet muda tersebut membuat Sangkuriang jatuh hati, tanpa menyadari bahwa dia adalah ibunya sendiri. Dayang Sumbi pun tidak tahu bahwa pemuda gagah tersebut adalah anaknya yang diusirnya bertahun-tahun lalu.

Saat Sangkuriang tengah bersandar mesra dan Dayang Sumbi menyisir rambut Sangkuriang, tanpa sengaja Dayang Sumbi mengetahui bahwa Sangkuriang adalah putranya, dengan tanda luka di kepalanya, bekas pukulan sendok Dayang Sumbi. Walau demikian Sangkuriang tetap memaksa untuk menikahinya. Dayang Sumbi sekuat tenaga berusaha untuk menolak.

Maka ia pun bersiasat untuk menentukan syarat pinangan yang tak mungkin dipenuhi Sangkuriang. Dayang Sumbi meminta agar Sangkuriang membuatkan perahu dan telaga (danau) dalam waktu semalam dengan membendung sungai Citarum. Sangkuriang menyanggupinya.

Maka bekerjalah Sangkuriang memenuhi permintaan Dayang Sumbi tersebut. Tetapi Dayang Sumbi memohon kepada Sang Hyang Tunggal agar niat Sangkuriang tidak terlaksana. 

Dayang Sumbi menebarkan helai kain boeh rarang (kain putih hasil tenunannya), maka kain putih itu bercahaya bagai fajar yang merekah di ufuk timur. Para makhluk halus anak buah Sangkuriang ketakutan karena mengira hari mulai pagi, maka merekapun lari menghilang bersembunyi di dalam tanah. Karena gagal memenuhi syarat Dayang Sumbi, Sangkuriang menjadi gusar dan mengamuk. 

Sangkuriang yang gagal karena kehabisan waktu kemudian menendang perahu tersebut hingga melayang jauh dan terbalik. Perahu terbalik tersebut tertelungkup, yang dalam bahasa Sunda disebut tangkub, sehingga sampai saat ini disebut Tangkuban Parahu.

Prambanan, Saksi Bisu Kandasnya Cinta Roro Jonggrang


Candi Prambanan, Yogyakarta (Foto: bapusda-diy.pnri)
Candi Prambanan, Yogyakarta (Foto: bapusda-diy.pnri)
Candi Prambanan, Yogyakarta

Inilah candi dengan bentuk penuh keanggunan dan dikenal sebagai salah satu ikon budaya Indonesia. Candi Prambanan merupakan candi Hindu terbesar di Asia Tenggara.

Letaknya yang tidak jauh dari Candi Borobudur seperti ingin menunjukan kepada Anda tentang  keharmonisan antara umat Budha dan Hindu di Pulau Jawa tidak hanya di masa lalu tapi juga saat ini, demikian seperti dikutip dari IndonesiaTravel.

Candi yang oleh masyarakat lokal ini dikenal dengan nama Roro Jonggrang, memiliki cerita legenda. Bahwa dahulu kala ada seorang pemuda yang sangat sakti dan kuat yang ingin menikahi putri yang cantik bernama Roro Jonggrang.

ang raja yang juga merupakan ayah dari sang putri pun memaksanya untuk menikah dengan Bandung Bondowoso, Roro jonggrang tidak mencintainya tapi tidak pula bisa menolaknya. Setelah melalui petimbangan yang panjang, akhirnya dia memberikan satu syarat kepada Bandung Bondowoso untuk membangun 1000 buah candi dan berjanji akan menikah dengannya jika syarat itu bisa diselesaikan sebelum fajar menyingsing.

Roro jonggrang meminta agar pekerjaan tersebut selesai sebelum ayam berkokok yang dia pikir sebagai sesuatu yang mustahil. Tapi Bandung Bondowoso yang sakti hampir dapat menyelesaikan 999 candi dengan bantuan jin dan kekuatannya. Roro jonggrang pun meminta para wanita di kampung untuk mulai memukul padi agar para ayam terbangun dan mulai berkokok.

Bondowoso sangat kecewa dengan perlakuan Roro Jonggrang, lalu mengubah Roro Jonggrang menjadi batu yang kini dikenal sebagai Candi Prambanan, sedangkan candi di sekitarnya dinamakan Candi Sewu atau Seribu candi.

Kota terdekat ke Prambanan ialah Yogyakarta dan Semarang. Dari Yogyakarta, Anda dapat menyewa mobil ke Klaten. Dari sana Anda dapat berjalan menuju candi Prambanan.

Amarah Ikan, Cikal Bakal Terbentuknya Danau Toba


Danau Toba, Sumatra Utara (Foto: Dok.Okezone)
Danau Toba, Sumatra Utara (Foto: Dok.Okezone)
Danau Toba, Sumatera Utara

Danau Toba adalah sebuah danau vulkanik dengan ukuran panjang 100 kilometer dan lebar 30 kilometer yang terletak di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Danau ini merupakan danau terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara. 

Di tengah danau ini terdapat sebuah pulau vulkanik bernama Pulau Samosir. Secara ilmiah, Danau Toba terbentuk karena adanya ledakan 75 ribu tahun lalu. Namun ada teori lain yang menceritakan terbentuknya danau ini, demikian seperti dikutip dari laman Indonesia.Travel.

Menurut penduduk setempat, ada legenda istimewa yang mengisahkan terbentuknya danau ini. Menurut kisah, dulu kala ada eorang pemuda miskin bernama Toba yang hidupnya bertani dan menangkap ikan. Suatu hari ia menangkap seekor ikan mas ajaib yang dapat berbicara sebagaimana layaknya manusia. Bingung dengan bentuknya yang tidak biasa, kemudian dia membawanya pulang dan ternyata ikan tersebut berubah bentuk menjadi seorang gadis cantik. 

Ikan ini dikutuk karena melanggar aturan yang dibuat oleh para dewa sehingga mengubahnya menjadi seekor ikan. Si gadis yang berubah bentuk dari ikan itu meminta Toba agar tidak akan membocorkan rahasianya itu. Toba bersedia memegang janji menyimpan rahasia itu asalkan si gadis mau menikah dengannya. Setelah disetujui maka Toba menikahinya dan gadis itu diberi nama Mina. Keduanya hidup rukun bahagia meski miskin dan memiliki seorang putra yang diberi nama Samosir.

Suatu hari, Toba diperintahkan ibunya mengantarkan nasi ke ladang untuk ayahnya. Mulanya dia menolak. Akan tetapi, karena terus dipaksa maka dengan kesal ia mengantarkannya. Di tengah jalan, sebagian besar nasi dan lauk pauk itu dimakan Samosir akibatnya setibanya di ladang pun terlambat.

Toba marah pada anaknya tersebut dan karena terlambat dan menerima makanan yang tinggal sedikit. Toba memukul anaknya sambil mengatakan, “Anak kurang ajar, betul-betul kau anak keturunan perempuan yang berasal dari ikan!”. Seketika itu juga sang anak sambil menangis pergi menemui ibunya dan menanyakan apakah benar dirinya adalah anak keturunan ikan.

 Mendengar hal tersebut, sang ibu pun terkejut karena suaminya telah melanggar janjinya. Mina kemudian melompat ke dalam sungai dan berubah kembali menjadi seekor ikan besar. Pada saat yang sama, sungai itu pun meluapkan banjir besar dan turun hujan sangat lebat sehingga tergenanglah lembah tempat sungai itu mengalir air, Toba tak bisa menyelamatkan dirinya, ia mati tenggelam. 

 Desa sekitarnya terendam air yang meluap sangat tinggi dan luas sehingga membentuk sebuah telaga dan akhirnya membentuk danau raksasa yang dikenal dengan nama Danau Toba, sedangkan pulau kecil di tengahnya dikenal dengan nama Pulau Samosir.

Danau Toba di Parapat berjarak sekira 176 kilometer dari Medan dan dapat dijangkau kurang dari 6 jam dengan bus. Saat tiba di Parapat, Anda dapat menaiki kapal ferri ke Pulau Samosir. Kapal ferri beroperasi setiap satu jam setengah dari pukul 9 pagi sampai 5 sore.

Kisah Kebejatan Ayah pada Anak di Danau Tolire


Danau Tolire, Ternate (Foto: Mutya/Okezone)
Danau Tolire, Ternate (Foto: Mutya/Okezone)
Danau Tolire, Ternate

Danau ini berada di kaki Gunung Gamalama, sekira 10 kilometer dari pusat Kota Ternate. Danau ini memiliki bentuk yang unik, terlihat seperti mangkok yang menjorok ke dalam.

Dari pinggir atas tepian danau hingga ke permukaan, airnya memiliki kedalaman sekira 50 meter. Namun, kedalaman danau secara tepat tidak ada yang mengetahui karena belum ada yang pernah mengukurnya. Warga setempat percaya, danau ini tidak memiliki dasar karena tidak ada yang berani menyelaminya.

Mitosnya, bila Anda melempar sesuatu ke Danau Tolire, bagaimanapun kuatnya lemparan dari tepian danau, maka batu tersebut tidak akan pernah menyentuh air danau. Padahal, air permukaan danau terlihat tidak begitu jauh dari si pelempar.

Banyak mitos yang berkembang di Danau Tolire. mitos yang paling santer soal Danau Tolire adalah kisah mengenai seorang anak dan ayah kandungnya. Menurut cerita, di tempat Danau Tolire berada saat ini, dulunya adalah sebuah kampung. Namun, kampung ini kemudian dikutuk oleh Sang Penguasa Alam karena ada seorang ayah yang tega menghamili anak gadisnya sendiri.

Tempat si ayah tersebut berdiri ambles ke tanah dan kini menjadi tempat Danau Tolire Besar. Sedangkan, anaknya berubah menjadi Danau Tolire Kecil, yang berada tak jauh dari situ.


Bukti si Anak Durhaka Kini Jadi Atraksi Wisata

Batu Malin Kundang di Pantai Air Manis, Padang (Foto: myopera)
Batu Malin Kundang di Pantai Air Manis, Padang (Foto: myopera)
Indonesia sarat dengan kisah-kisah rakyat dan legenda yang menarik. Bahkan beberapa tempat wisata menjadi terkenal karena legenda yang lahir di tempat itu. Simak ulasannya berikut ini, seperti dihimpun oleh Okezone:

Pantai Air Manis, Sumatra Barat

Pantai Air Manis, merupakan salah satu pantai  yang terdapat di Kota Padang yang menarik untuk dikunjungi. Pantai ini memiliki  pesona pantai yang indah dengan gulungan ombak yang semilir.

Pantai Air Manis memiliki pasir yang berwarna coklat keputih-putihan yang terhampar luas dan landai di sepanjang bibir pantai. Oleh  karenanya, pantai ini sangat cocok untuk tempat piknik, bermain ombak, surfing dan camping, demikian seperti dikutip dari Indonesia.Travel.

Pantai Air Manis berkaitan erat dengan legenda Malin Kundang di Sumatera Barat. Malin Kundang adalah karakter dalam dongeng yang berubah menjadi batu, bersama-sama dengan kapalnya, setelah durhaka kepada ibunya. Di tepi pantai, terdapat batu Malin Kundang dan beberapa perlengkapan kapalnya, yang juga berubah menjadi batu. 

Berdasarkan cerita, Malin Kundang adalah seorang anak miskin yang tinggal bersama ibunya di kampung. Suatu hari, Malin memutuskan pergi merantau  agar dapat menjadi kaya raya setelah kembali ke kampung halaman kelak.

Awalnya Ibu Malin Kundang kurang setuju, mengingat suaminya juga tidak pernah kembali setelah pergi merantau tetapi Malin tetap bersikeras sehingga akhirnya dia rela melepas Malin pergi merantau dengan menumpang kapal seorang saudagar.

Singkat cerita, di perantauan Malin menjadi pemuda kaya raya dan menikah dengan gadis setempat, namun tak juga pulang mengabari ibunya. Setelah beberapa lama menikah, Malin dan istrinya melakukan pelayaran disertai anak buah kapal serta pengawalnya yang banyak. Ibu Malin yang melihat kedatangan kapal itu ke dermaga melihat ada dua orang yang sedang berdiri di atas geladak kapal. Ia yakin kalau yang sedang berdiri itu adalah anaknya, Malin Kundang beserta istrinya.

Ibu Malin menghampiri anaknya, namun melihat wanita tua yang berpakaian lusuh dan kotor memeluknya, Malin Kundang menjadi marah meskipun ia mengetahui bahwa wanita tua itu adalah ibunya, karena dia malu bila hal ini diketahui oleh istrinya dan juga anak buahnya.

Mendapat perlakukan seperti itu dari anaknya, ibu Malin Kundang sangat marah. Ia pun berdoa pada Tuhan dan mengutuk anaknya menjadi batu. Tepat setelah itu tubuh Malin Kundang perlahan menjadi kaku dan lama-kelamaan akhirnya berbentuk menjadi sebuah batu karang. Sampai saat ini Batu Malin Kundang masih dapat dilihat di sebuah pantai bernama pantai Air Manis, di selatan kota Padang, Sumatera Barat.

Pantai Air Manis terletak 15 km dari pusat kota Padang. Dari bandara internasional Minangkabau, pengunjung bisa pergi ke Air Manis dengan melalui kota Padang. Jika Anda ingin menggunakan transportasi umum, pertama Anda harus pergi ke Plaza Sentral Pasar Raya dari pintu keluar bandara di Simpang Ketaping. Dari pusat kota, Anda dapat mengambil angkutan umum dengan trayek Padang-Bungus.

***Jangan Lupa komentarnya Ya!!!***
***Terima Kasih***

Artikel Terkait:

Berita dan Informasi menarik lainnya Lihat Selengkapnya di + INDEKS BERITA
Share : Share Detail
0 Comments
Tweets
Komentar

Tidak ada komentar:

Berikan Komentar Anda

 
Support : Creating Website Praburakka
Copyright © 2012. Go Klik Information - All Rights Reserved
Proudly powered by Blogger