Go Klik-Info. Menyampaikan aspirasi bisa dilakukan dengan berbagai cara. Biasanya,
semakin unik cara yang dipakai, maka akan semakin mendapat perhatian.
Seperti cara tak lazim yang dilakukan para wanita di beberapa negara berikut ini. Mereka menyampaikan aspirasinya dengan melakukan aksi mogok seks.
Rupanya, strategi ini relatif menjadi langkah skak mat bagi para penguasa yang didominasi para lelaki untuk menuruti keinginan para wanita ini. Berbagai tuntutan berhasil terpenuhi, mulai dari pengaspalan jalan hingga perdamaian antara presiden dengan pemberontak.
Beberapa pihak menilai aksi ini merupakan cara yang tak lazim tapi sangat efektif. Berikut adalah enam aksi
Mogok Seks Membuahkan Perdamaian di Liberia
Para wanita di Liberia melancarkan aksi mogok seks untuk menuntut perdamaian di negaranya pada tahun 2002.
Aksi ini dimotori seorang tokoh aktivis perempuan Liberia, Leymah Gbowee, yang memimpin koalisi perempuan Kristen dan Muslim untuk bersama-sama menuntut perdamaian di Liberia.
"Kami meluncurkan pemogokan seks pada tahun 2002, wanita Liberia Kristen dan Muslim bersatu untuk menolak seks dengan suami mereka sampai kekerasan dan perselisihan sipil berakhir," tulis Gbowee di kolom Afrika di majalah Newsweek. Demikian dikutip oleh BBC 7 Oktober 2011.
Aksinya ini berhasil mendamaikan koflik yang terjadi antara Presiden Charles Taylor dan kelompok pemberontak. Gdowee pun mendapatkan penghargaan Nobel Perdamaian 2011 karena ketangguhannya menggerakkan perempuan untuk mewujudkan perdamaian di Liberia.
Mogok Seks untuk Stop Pertikaian di Kenya
Kelompok aktivis perempuan di Kenya melancarkan aksi mogok seks selama seminggu sebagai bentuk protes atas pertikaian antara dua penguasa yang terjadi di negara tersebut. Demikian diberitakan oleh BBC pada 29 April 2009.
Hubungan politik antara Presiden Mwai Kibaki dan Perdana Menteri Raila Odinga saat itu tak terjalin dengan baik. Kaum perempuan khawatir perseteruan ini akan semakin meluas dan memecah belah negara.
Dalam aksi ini, para pekerja seks komersial (PSK) juga ikut andil. "Bahkan para PSK juga harus terlibat dalam aksi ini, karena masalah ini sangat vital untuk kepentingan negara," ujar Direktur Eksekutif Perserikatan Pengacara Perempuan, Patricia Nyaundi.
Tak hanya itu, para aktivis ini juga mengajak istri Presiden Kenya, Ida Odinga dan istri Perdana Menteri, Lucy Kibaki, untuk melakukan aksi yang sama jika suaminya tetap berseteru.
Aksi ini berujung pada banyaknya kasus perceraian. Para suami merasa marah karena tidak memperoleh haknya untuk mendapat pelayanan dari istri mereka.
Marleen Temmerman |
Seruan ini disampaikan Senator Marleen Temmerman kepada para perwakilan partai-partai yang tengah melakukan perundingan. Anggota parlemen dari Partai Sosial Demokratis itu ingin mengikuti langkah para perempuan di Kenya pada tahun 2009.
"Saya menyerukan kepada pasangan dari semua negosiator untuk tidak memberi layanan seks hingga kesepakatan tercapai," ujar Marleen.
Mogok Seks untuk Tuntut Pengaspalan Jalan di Kolombia
Para perempuan di Barbacos, Kolombia, melancarkan aksi mogok seks untuk menuntut perbaikan jalan di daerah tersebut. Aksi ini berjalan selama 3 bulan 19 hari sejak 22 Juni 2011. Demikian diberitakan Huffington Post 12 Oktober 2011.
Mereka meminta pemerintah membangun dan mengaspal jalan sepanjang 57 km yang menghubungkan kota mereka dengan ibukota provinsi, Pasto.
Aksi mogok tersebut berakhir setelah para pejabat kota berjanji mengerjakan proyek itu.
Mogok Seks Redam Peperangan di Filipina
Para perempuan di Filipina Selatan berhasil meredam pertempuran yang terjadi di Pulau Mindanao dengan aksi mogok seks. Para istri tersebut rupanya sudah tak tahan dengan pertempuran yang dilakukan oleh suami mereka.
Mereka mengancam tidak akan melayani suami jika masih berperang. Pertempuran yang terjadi di desa-desa selama bulan Juli 2011 pun berhasil diredam. Demikian seperti yang dilansir CNN dari laporan UN High Commissioner for Refugees (UNHCR) pada 19 September 2011.
Salah satu petugas UNHCR, Rico Salcode, mengatakan ide ini digagas oleh sekelompok wanita yang mendirikan usaha menjahit, tapi tak bisa mengirim hasil pekerjaannya ke daerah lain karena pertempuran di desa-desa tersebut.
Sehingga, tak hanya membawa keadilan, aksi ini juga berhasil membawa kemakmuran bagi warga desa karena kegiatan perekonomian dapat kembali berjalan lancar.
Pertempuran separatis telah berlangsung di Pulau Mindanao sejak 1970-an.
Mogok Seks Demi Reformasi Politik Togo
Sejumlah aktivis wanita dari koalisi Let's Save Togo, menyerukan agar seluruh wanita di negara tersebut melakukan aksi mogok seks selama seminggu. Aksi ini dilakukan dalam rangka mendesak kaum pria di Togo untuk mendukung unjuk rasa mereka menuntut reformasi politik di negara tersebut.
"Kami menyerukan kepada seluruh wanita di negeri ini untuk tidak berhubungan seks dengan suami-suami mereka selama seminggu sejak Senin (27/8). Bagi kita, ini menjadi satu-satunya cara untuk mendapat dukungan dari para pria, tidak hanya dari kelompok aktivis, tapi lebih dari itu agar mendukung perjuangan Let's Save Togo yang terus berlangsung sejak beberapa minggu ini," jelas seorang aktivis dari Let's Save Togo, Isabelle Ameganvi, kepada AFP, Senin (27/8/2012).
Negara yang terletak di Afrika Barat dan berbatasan dengan Ghana ini dikuasai oleh keluarga yang sama dalam 4 dekade terakhir.
"Kaum wanita merupakan korban utama pada setiap kekacauan yang terjadi di Togo. Itulah mengapa kami menyerukan kepada kaum wanita: satu minggu tanpa seks. Itu juga menjadi senjata dalam perjuangan kita," lanjut Isabelle.
Let's Save Togo merupakan organisasi gabungan dari 9 LSM dan 7 kelompok oposisi di Togo yang selama ini memperjuangkan reformasi politik, terutama menjelang pemilu parlemen yang akan digelar pada Oktober mendatang. Aksi ini terinspirasi kesuksesan aksi serupa di Liberia pada 2002.[Detik.com/Go Klik-Info]
***Terima Kasih***
Artikel Terkait:
Share :