Masjid Luar Batang di Jakarta |
Sejarah Kampung Luar Batang sendiri berawal sejak masa pemerintahan Belanda pada abad ke-18. Kampung yang berada di luar kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa ini dibatasi pemerintah dengan batang pohon. Kawasan di luar batas ini menjadi tanda untuk warga harus membayar retribusi bila memasuki pelabuhan. Lokasi di luar batas batang pohon tersebut selanjutnya disebut Kampung Luar Batang.
Di kampung ini dahulu tinggal seorang ulama muda asal Madhramaut, Yaman Selatan bernama Habib Husein bin Abu Bakar Alaydrus. Ia merupakan ulama besar di Jazirah Arab pada saat itu. Habib Husein di usia mudanya saat itu sibuk berlayar menyiarkan agama Islam di Nusantara sambil berdagang. Sosoknya pun dikenal baik oleh warga Kampung Luar Batang.
Habib Husein lah yang membangun Masjid Luar Batang pada tahun 1735. Nama masjid ini diberikan sesuai dengan julukan Habib Husein, yaitu Habib Luar Batang.
Masjid ini awalnya adalah surau atau musala. Di sinilah Habib Husein menyiarkan agama Islam di kampung Luar Batang. Karena kegiatan syiarnya, ulama yang memiliki sifat tegas ini sempat ditahan oleh pemerintah Kolonial di kawasan Glodok.
Habib Husein berdakwah di Kampung Luar Batang hingga akhir hayatnya pada tahun 1756. Ia pun berpesan agar dirinya dimakamkan di kawasan Kampung Luar Batang. Namun, pemerintah kolonial meminta agar sang habib dimakamkan ke pemakaman khusus orang Arab, di Tanah Abang.
Pemindahan makam Habib gagal. Setiap kali kurung batangnya tiba di pemakaman, selalu saja jenazahnya tidak ada. Murid Habib kemudian menemukan jenazah gurunya di surau. Hal ini terjadi hingga tiga kali hingga akhirnya Habib Husein dimakamkan di samping surau. Cerita itu pun terdengar hingga negeri Belanda.
Kini, surau tersebut telah diubah menjadi bangunan masjid megah bergaya Eropa dan Hindu. Meski begitu bedug, tiang penyangga, dan atap dari bambu di masjid itu masih asli, sama yang digunakan saat Habib Husein masih hidup.
Bangunan masjid Luar Batang sudah mengalami dua kali pemugaran. Pemerintah provinsi pun memasukkan masjid sebagai kawasan cagar budaya.
Ruangan masjid terdiri dari tiga ruangan, yakni ruangan utama yang digunakan sebagai tempat salat. Kemudian ruangan makam atau Keramat Luar Batang yang berada di sisi barat ruang utama serta aula di bagian depan masjid yang bersebelahan dengan ruang keramat atau makam Habib Husein.
Ruangan makam keramat terdapat dua makam, yakni makam Habib Husein dan makam Haji Abdul Khadir, seorang murid Habib Husein yang merupakan keturunan Tionghoa. Kedua makam tersebut sampai sekarang sama sekali tidak mengalami perubahan dari bentuk aslinya.
Masjid ini tak pernah sepi pengunjung. Ratusan pezirah dari berbagai daerah maupun mancanegara berdatangan setiap harinya. Terutama di malam Jumat Kliwon dan saat peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, dimana pengunjung bisa mencapai ratusan orang.Go Klik-Info
***Terima Kasih***
Artikel Terkait:
Share :