Saya Ucapkan Selamat Datang Di GoKlik-Information Jelajahi Informasi disini karena banyak informasi menarik dan layak untuk anda baca Terima kasih telah berkunjung

Latest Post

Dua Masjid Di Indonesia Yang Telah memiliki Sertifikat ISO

MAsjid Al Akbar, Surabaya

Go Klik-Info JAKARTA -- Pengelolaan masjid sudah dilakukan secara profesional. Bahkan, dua masjid di Indonesia sudah memiliki sertifikat International Organization for Stanndardization (ISO).
Dua masjid tersebut adalah masjid Al Ikhlas Jati Padang di Jakarta dan masjid Raya Al Akbar di Surabaya. Keduanya sudah mendapatkan sertifikat ISO 9001:2008 dari badan standardisasi internasional.

Masjid Al Ikhlas Jati Padang mendapat sertifikat ISO sejak tahun 2011 lalu. Sedangkan sertifikat ISO Masjid Raya Al Akbar baru diperoleh awal tahun 2013 lalu. Dengan sertifikat ISO 9001:2008 ini, pengelolaan masjid dilakukan dengan menerapkan standar mutu.
Masjid Al Ikhlas Jati Padang

Menurut Pengurus Masjid Al Ikhlas Jati Padang Rahadi Mulyanto, penerapan standar ISO membuat pengelolaan masjid dilakukan sesuai akuntabilitas publik. Semua program dan kegiatan masjid selama satu tahun dapat dilakukan dengan baik dan dapat dipertanggungjawabkan.

"Semua tercaatat, transparan, dan akuntabel," kata Rahadi . Sementara itu, Direktur Utama Masjid Raya Al Akbar, KH. Endro mengungkapkan, pihaknya sengaja mengejar target ISO untuk merapikan semua program masjid. Dengan standar ini, mutu pengelolaan dapat terpantau dan harus dilaksanakan.
Share : Share Detail

Mushola Dan Masjid Unik Di Dalam Gua


Go Klik-Info, Tempat ibadah bagi umat islam berupa mushola dan masjid umumnya berada di atas permukaan tanah. Tetapi untuk msuhola dan masjid yang ada di daerah Tuban - Jawa Timur ini cukup unik karena berada di dalam gua.
Dengan keunikannya itu, tak heran banyak wisatawan yang berkunjung ke Mushola baitul Akbar dan masjid Aschabul Kahfie dan menyempatkan diri dengan  beribadah disana. 
 
Sambil menikmati keindahan dan keunikan bangunannya , mereka bisa merasakan pengalaman yang mengesankan dengan beribadah di antara lorong dan lerung gua.
1. Mushola Baitul Akbar di Gua Akbar 
  
Gua Akbar adalah salah satu gua yang berada di Kabupaten Tuban - Jawa Timur.
Gua yang menjadi salah satu  destinasi  wisata unggulan di Bumi Ronggolawe ini cukup menarik untuk dikunjungi karena memiliki  banyak lorong dan relung gua yang panjang dan luas.
Berbagai bentuk Stalaktit,  stalakmit dan ornamen khas gua lainnya bisa dijumpai di gua ini.


Yang menarik, di Gua Akbar terdapat sebuah mushola yang cukup unik karena lokasinya yang berada di dalam gua.  
Tempat ibadah umat Muslim  yang diberi nama Mushola Akbar ini letaknya di lorong  sebelum  keluar dari dalam gua Akbar. Karena itu, banyak pengunjung  Gua Akbar yang setelah mengelilingi Gua ini kemudian menyempatkan diri beribadah di mushola Akbar. 
 Seolah untuk  merasakan dan melengkapi nikmatnya pengalaman berwisata di Gua Akbar.
Karena berada di dalam gua, mushola ini pun dindingnya masih Alami  berupa stalaktit dan stalakmit dalam berbagai bentuk yang beberapa diantaranya senantiasa meneteskan Air. Pada beberapa bagian dalam mushola ini dilengkapi dengan lampu penerang dengan pendar sinar dan cahayanya yang artistik.
 
Untuk kenyamanan pengunjung yang beribadah, pada Lantai mushola telah dikeramik dan pada langit-langitnya juga diberi atap tambahan.Di depan mushola Akbar terdapat relung gua yang sangat  luas dengan terdapat 1 set meja kursi terbuat dari akar Kayu jati. 
Di relung gua itu biasanya digunakan untuk beristirahat para pengunjung gua atau untuk  menanti rekan dan keluarganya yang sedang beribadah di dalam mushola.
Mushola Akbar ini sendiri cukup luas juga. 
Bila sedang berkunjung ke sana dan tidak cermat melihat Papan Nama nya atau menolehkan pandangan ke sebelah kiri saat melintasi lorong gua yang terakhir sebelum keluar dari dalam gua,  bisa jadi  pesona unik dan keindahan Mushola Akbar ini  akan terlewatkan begitu saja.
Pasalnya, selain papan namanya yang terbuat dari papan kayu berukuran kecil, juga karena lokasinya yang seolah tersembunyi di lorong di balik Gerbang ' batu ' alami gua.

Sumber: Jelajah-nesia.blogspot.com
Share : Share Detail

Subhanallah! Masjid Ini Didirikan Oleh Makhluk Ghaib



Dibangunkan sekitar abad ke-12 masihi, Masjid Nando yang terletak di Kampung Nando, Mali, Afrika Barat, hingga kini masih menjadi misteri terutamanya dari segi struktur dan reka bentuk bangunannya.

Kewujudan Masjid Nando adalah hasil dari pengaruh Islam ke Afrika Barat yang mula tersebar pada abad IX Masehi. Pada waktu itu, Islam dibawa oleh para pedagang Muslim dari suku Tuareg dan Berber. Kedua-dua suku ini merupakan suku nomad yang suka mengembara di gurun sahara selatan dan utara.

Bangunan Masjid Nando dikategorikan unik, tidak ada marmar atau kubah sebagaimana masjid-masjid lain secara umumnya. Seluruh bangunan hanya dilapisi lumpur, termasuk lantai dalam masjid.

Bahkan bahagian tepi lantai, tetap dibiarkan lebih tinggi dari bangunan yang lain dan menyerupai pinggiran benteng dengan rekabentuk lama. Meski demikian, pada setiap sisi dalam bangunan masjid dihiasi dengan tulisan
kaligrafi yang juga dibuat dari lumpur.
Menurut mitos masyarakat setempat, Masjid Nando tidak dibangunkan oleh manusia, akan tetapi oleh makhluk halus yang berbadan besar. Keyakinan ini diperkuat jika anda melihat struktur bangunan, bahan yang digunakan
untuk membina masjid , serta adanya bekas tapak kaki besar pada salah satu sisi masjid.

 

 

Share : Share Detail

Masjid Tua Ini Konon Terbuat dari Sagu dan Bisa Pindah Sendiri, Benarkah?

Masjid Tua Ini Konon Terbuat dari Sagu dan Bisa Pindah Sendiri, Benarkah?
Masjid Tua Ini Konon Terbuat dari Sagu dan Bisa Pindah Sendiri, Benarkah?
Go Klik-Info,Di bagian timur Indonesia berdiri sebuah masjid tua Wapawue yang sangat bersejarah dan selalu diliputi keajaiban. Bukan sekadar tua, melainkan yang tertua di Maluku karena telah ada sejak tahun 1414 M.

Dari segi arsitekturnya, bisa jadi inilah satu-satunya masjid yang terbuat dari pelepah sagu dan dipertahankan keasliannya selama berabad-abad. Berdiri di atas sebidang tanah yang oleh warga setempat diberi nama Teon Samaiha. Letaknya di antara pemukiman penduduk Kaitetu.
Konstruksinya berdinding gaba-gaba (pelepah sagu yang kering), masih berfungsi dengan baik sebagai tempat salat, kendati sudah ada masjid baru di desa itu.

Bangunan induk Masjid Wapauwe hanya berukuran 10 x 10 meter, sedangkan bangunan tambahan yang merupakan serambi berukuran 6,35 x 4,75 meter. Tipologi bangunannya berbentuk empat bujur sangkar.

Dalam masjid ini tersimpan Mushaf Alquran yang konon termasuk tertua di Indonesia. Yang tertua adalah Mushaf Imam Muhammad Arikulapessy yang selesai ditulis (tangan) pada tahun 1550 dan tanpa iluminasi (hiasan pinggir). Sedangkan Mushaf lainnya adalah Mushaf Nur Cahya yang selesai ditulis pada tahun 1590, dan juga tanpa iluminasi serta ditulis tangan pada kertas produk Eropa.
Nah, sekarang kita lihat keajaiban yang selalu melingkupi masjid ini... percaya atau tidak.

1. Masjid pindah sendiri

Mulanya masjid ini bernama Masjid Wawane karena dibangun di Lereng Gunung Wawane oleh Pernada Jamilu, keturunan Kesultanan Islam Jailolo dari Moloku Kie Raha (Maluku Utara). Jadi bukan di Kaitetu.

Jamilu datang ke tanah Hitu sekitar tahun 1400 M untuk menyebarkan ajaran Islam pada lima negeri di sekitar pegunungan Wawane, yakni Assen, Wawane, Atetu, Tehala dan Nukuhaly.

Ketika VOC menguasai bumi rempah-rempah Maluku, Belanda mengganggu kedamaian penduduk lima kampung yang telah menganut ajaran Islam dalam kehidupan mereka sehari-hari. Belanda kemudian melakukan proses penurunan penduduk dari daerah pegunungan tidak terkecuali penduduk kelima negeri tadi. Merasa tidak aman dengan ulah Belanda, Masjid Wawane dipindahkan pada tahun 1614 ke Kampung Tehala yang berjarak 6 km sebelah timur Wawane.

Ada sebuah hikayat yang kemudian diceritakan dari generasi ke generasi... dikisahkan ketika masyarakat Tehala, Atetu dan Nukuhaly turun ke pesisir pantai dan bergabung menjadi negeri Kaitetu, Masjid Wapauwe masih berada di dataran Tehala.

Namun pada suatu pagi, ketika masyarakat bangun dari tidurnya masjid secara gaib telah berada di tengah-tengah pemukiman penduduk di tanah Teon Samaiha, lengkap dengan segala kelengkapannya.
"Menurut kepercayaan kami (masyarakat Kaitetu) masjid ini berpindah secara gaib. Karena menurut cerita orang tua-tua kami, saat masyarakat bangun pagi ternyata masjid sudah ada," kata Ain Nukuhaly, warga Kaitetu.

2. Dedaunan tak berani

Seperti dikisahkan sebelumnya, masjid yang awalnya bernama Wawane ini kemudian berganti nama menjadi Wapawue. Tempat masjid ini berada di daerah yang banyak tumbuh pepohonan mangga hutan atau mangga berabu. Dalam bahasa Kaitetu disebut "Wapa". Karena itulah, Wapawue berarti "masjid yang didirikan di bawah pohon mangga berabu."
Ada keanehan yang selalu terjadi. Jika ada daun dari pepohonan di sekitar tempat itu gugur, secara ajaib tak satupun daun yang jatuh di atasnya.

3. Tak bisa hancur?

Masjid Wapawue berada di antara situs-situs bersejarah, antara lain benteng tua "New Amsterdam" dan gereja tua peninggalan Portugis dan Belanda.
Saat kerusuhan di Ambon meletus tahun 1999, banyak bangunan hancur karena konflik agama tersebut. Termasuk gereja tua tadi. Sementara Masjid Wapawue tetap berdiri kokoh tanpa ada gangguan sama sekali, padahal letaknya hanya sekitar 150 meter dari gereja tua dan benteng bersejarah.
Keajaiban atau kebetulan? Wallahu'alam Bishowab [REPUBLIKA.CO.ID/Go Klik-Info]
Share : Share Detail

Masjid Agung Banjaran, Tempat Mengungsi di Masa Lalu

Masjid Agung Banjaran, Kab.bandung

Go Klik-Info, AZAN Zuhur berkumandang pada Selasa (7/8/2012). Sejumlah orang mulai melangkahkan kaki mendekati Masjid Besar Banjaran, di Kabupaten Bandung. Sebagian di antaranya adalah siswa dan siswi SMA, yang sekolahnya tidak jauh dari masjid yang merupakan masjid pertama di kecamatan tersebut.

Setelah salat, ada yang berzikir, ada juga yang membaca Alquran. Namun, tidak sedikit yang merebahkan badan di lantai. Sama halnya dengan jemaah perempuan, yang letaknya hanya dibatasi kain putih dengan jemaah pria. Di pinggir masjid, ada juga yang duduk sembari berdiskusi.
Masjid Besar Banjaran masih berdiri kokoh. Bangunan ini sudah mengalami renovasi dua kali, setelah dibangun sekitar 1930 atau pada zaman penjajahan. Namun, tidak ada yang tahu secara pasti, kapan masjid berkubah besar ini mulai didirikan.
"Mesjid Agung Banjaran 1912"( geheugenvannederland.nl )

Penasihat Dewan Kemakmuran Masjid (DKM), Apay Safari, mengatakan, pada 1930 diperkirakan menjadi tahun didirikannya masjid tersebut. Hal itu sesuai dengan keterangan menteri polisi penjajahan. Pada awal didirikan, Masjid Besar Banjaran hanya berupa bangunan semipermanen, dengan luas sekitar 30 meter per segi.

Bangunan semipermanen itu terdiri atas ubin beratapkan kayu, sedangkan dindingnya dari bilik bambu dan sebagian dipasangi papan. Pembangunannya pun hasil gotong royong masyarakat sekitar, yang ingin memiliki tempat ibadah agar khusyuk melaksanakan ibadahnya.

"Ini masjid pertama di Banjaran. Hasil gotong royong masyarakat sekitarnya. Pada saat dibangun, belum seperti sekarang karena hanya berupa bangunan semipermanen. Tanahnya merupakan hibah dari Raden Gandakusuma," kata pria berusia 77 tahun ini ketika ditemui Tribun di rumahnya, kemarin.

Warga membangun masjid ini tanpa mengeluarkan uang tiap warga membantu dengan apa yang dimilikinya, seperti semen, lantai, pasir, genting, dan papan.

Setelah beberapa puluh tahun berdiri, masjid itu direnovasi pada 1960. Luas tanah yang merupakan hibah itu meluas menjadi sekitar 60x70 meter. Renovasi kedua dilakukan pada 1966. Pada renovasi kedua ini, sempat turun bantuan dari Presiden Soeharto sebesar Rp 75 juta.

"Pada zaman penjajahan, masjid ini menjadi satu-satunya tempat untuk warga mengungsi. Tepatnya pada saat Bandung menjadi lautan api. Rumah warga memang sengaja dibakar, agar penjajah Belanda tidak tinggal di Banjaran. Mengenai kubah, itu sebenarnya bantuan dari Presiden Soeharto," ujar Apay, yang kemarin mengenakan baju koko dan peci.

Setelah renovasi kedua, yang menghabiskan sekitar Rp 300 juta, masjid ini bisa digunakan sekitar 1.000 orang. Namun, yang membedakan renovasi dan pembangunan adalah dalam hal kegotongroyongan warga. Saat renovasi, warga lebih banyak menyumbang berupa uang daripada tenaga.

"Rencananya mau ditingkat menjadi dua lantai. Supaya ibadah lebih leluasa dengan kapasitas yang memadai atau lebih banyak lagi. Sudah dibentuk panitianya, tapi kami tidak tahu akan ditingkat kapan," ujarnya.

Di Masjid Besar Banjaran disiapkan satu unit ambulans hibah dari Edi Mustofa. Mobil ini bisa dimanfaatkan siapa saja yang membutuhkannya, dan warga miskin tidak dikenai biaya. "Dulu banyak yang sakit dan meninggal. Ambulans ini disediakan DKM. Warga tidak mampu tidak dipungut, dan bebas bagi siapa saja yang butuh silakan. Tidak hanya untuk Banjaran, masyarakat lain pun bisa," katanya.[TRIBUNNEWS.COM/Go Klik-Info]
Share : Share Detail

Taman yang Asri Masjid Raya Bandung Tinggal Kenangan

Masjid raya Bandung Provinsi jabar di ambil di sisi Jalan Asia-Afrika



Mesjid Agung tahun 1930-an
dengan benteng bermotif sisik ikan.
Go klik-Info, MASJID Raya Bandung Provinsi Jabar berlokasi di tengah Kota Bandung, berseberangan dengan Pendopo, rumah dinas Wali Kota Bandung. Masjid yang berdekatan dengan pusat perbelanjaan itu semula bernama Masjid Agung Bandung dan didirikan tahun 1812. Versi lain menyebutkan, Masjid Agung dibangun pada 25 September 1810 bersamaan dengan pembangunan Pendopo Kabupaten Bandung.


Bentuk awalnya panggung sederhana, terbuat dari anyaman bambu beratap rumbia yang dilengkapi air kolam besar. Lahan seluas 4.000 meter persegi untuk masjid adalah tanah wakaf dari Bupati Bandung, RA Wiranatakusumah II.


Ketua DKM Masjid Raya Bandung Provinsi Jabar, Tjetje Subrata, mengatakan, sampai saat ini belum ada yang tahu persis versi mana yang benar, apakah dibangun pada 1810 atau 1812.

Masjid Agung beberapa kali mengalami renovasi bangunan. Tahun 1826 secara berangsur-angsur diganti menjadi bangunan berkontruksi kayu. Kemudian tahun 1850 bangunan diganti dengan tembok batu bata dilengkapi pagar tembok di sekeliling masjid setinggi 2 meter bermotif sisik ikan.
"Motif sisik ikan sama dengan bangunan tembok pendopo dan yang memprakasai Bupati RA Wiranatakusumah IV (Dalem Bandung)," kata Tjetje, akhir pekan lalu.


Masjid Agung dan alun-alun Bandung pada tahun 1890(http://rinaldimunir.wordpress.com)
Lima puluh tahun kemudian, bangunan masjid dibuat lebih lengkap dengan bentuk segi empat dan atap tumpang susun tiga dilengkapi mihrab, bedug, kentongan, dan kolam, tapi belum dilengkapi menara.
Berkas:Masjid agung bandung lama.jpg

Masjid agung bandung lama(http://id.wikipedia.org)


Masjid Agung kembali direnovasi pada 1930 hasil rancangan arsitek Maclaine Pont. Saat itu, bangunan masjid dilengkapi dengan serambi depan dan sepasang menara pendek beratap tumpang susun di kiri dan kanan bangunan.

Mesjid Agung tahun 1930-an.(http://rgalung.wordpress.com)

Setelah 25 tahun, yaitu tahun 1955, masjid mengalami perubahan total. Atap tumpang susun tiga diubah menjadi kubah model atap bawang bergaya Timur Tengah. Perubahan lainnya didirikan menara tunggal di halaman depan masjid. Menara pendek yang sebelumnya ada dibongkar. Tahun 1965, kubah bawang itu diperbaiki karena rusak tertiup angin ribut.

Dua tahun kemudian, kembali dilakukan renovasi, yaitu penambahan ruangan pada serambi kanan masjid. Di situ berdiri madrasah diniyah, TK dan poliklinik Yapma, BP4 dan Radio Megaria. Tahun 1971, dibangunlah menara dan jembatan yang menghubungkan masjid dengan Alun-alun.

Tahun 1972 masjid diperluas, dibuat berlantai dua. Lantai dasar dipakai tempat salat utama dan ruang kantor, sedang lantai dua difungsikan sebagai mezanin. Kemudian menara lama dibongkar diganti dengan menara tunggal yang tinggi di sebelah selatan. Menara itu diberi ornamen dari bahan logam. Atap kubah model bawang diganti dengan model atap joglo. Tahun 1973 ada tambahan bangunan baru hasil pembelian Pemkot Bandung seluas 2.464 M2 dengan daya tampung 5.000 orang di lantai bawah dan 2.000 orang di lantai atas.

Tahun 1980 Masjid Agung ini kembali diubah. Di depan dinding muka masjid dibangun tembok tinggi. Puncak menara diganti menjadi model kubah mirip bola dunia yang terbuat dari rangka besi. Kubah menara dililiti rangkaian lampu kecil yang dinyalakan di waktu malam.

Bangunan Masjid Agung mengalami perubahan yang signifikan tahun 2001-2003, yaitu lantai masjid diperluas memakan jalan umum di depan masjid. Atap joglo diubah menjadi kubah beton berdiameter 30 meter dan ditambah dua kubah berdiameter 25 meter. Tahun 2003 dibangun menara kembar tinggi 99 meter.

"Tinggi menara kembar 99 terbagi menjadi fondasi 18 meter dan tinggi dari lantai sampai atas 81 meter, jadi total tinggi 99 meter, menunjukkan asma Allah," ujar Tjetje.

Menurut Tjetje, tahun 2003 status Masjid Agung Bandung dialihkan menjadi Masjid Raya Bandung Provinsi Jabar yang disetujui Gubernur Jabar (waktu itu) HR Nuriana. Dengan beralihnya status, otomatis biaya operasional ditanggung APBD Provinsi Jabar.
Masjid Agung Bandung, selesai dibangun kembali pada 13 Januari 2006.

Masjid Raya Bandung dan tamannya dulu sangat asri, teduh, indah, dan nyaman untuk dinikmati. Apalagi di bulan puasa, orang-orang bisa ngabuburit di taman yang cukup luas itu. Namun kini Taman Masjid kumuh dipadati pedagang kaki lima (PKL). Bahkan di bulan suci untuk melangkah pun sulit karena ratusan PKL memasang tenda dan bangku.

Tjetje mengakui kondisi sekitar masjid sudah sangat kumuh dan tidak nyaman, tapi tidak bisa berbuat karena tidak memiliki wewenang. "Taman masuk wilayah publik, jadi wewenang untuk menindak PKL ada di tangan Pemkot Bandung," ujar Tjetje.[TRIBUNNEWS.COM/Go klik-Info]
Share : Share Detail

Masjid Salahuddin, Masjid Megah Hasil Iuran Pegawai Pajak Se-Indonesia


 

Go Klik-Info, Sejumlah kantor besar di Jakarta memiliki masjid megah agar para pegawainya bisa tetap beribadah dengan nyaman dan kusyuk meski berada di lingkungan kerja. Salah satunya adalah Masjid Salahuddin yang berada di komplek Kantor Pusat Direktorat Pajak, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan.

Masjid ini memiliki dua menara yang menjulang tinggi di antara gedung-gedung perkantoran di sekitarnya. Masjid yang terbagi atas dua lantai ini mampu menampung sekitar 4000 jamaah.

Dinding masjid ini dikombinasikan dengan kaca dan marmer, sementara lantai marmer menciptakan suasa yang sejuk di dalam ruangannya. Mimbar khotib yang dihiasi logam ukiran berbentuk bintang dan berwarna emas pun tampak klasik di tengah megahnya ruangan salat utama. Di ruangan masjid ini dilengkapi fasilitas sound system yang merata, AC, LCD proyektor, jadwal waktu salat digital, dan pengukur suhu ruangan digital, sehingga jamaah bisa menjalankan ibadahnya dengan nyaman.

Masjid yang dibangun dari dana iuran pegawai Ditjen Pajak seluruh Indonesia dan sumbangan masyarakat ini diharapkan mampu membentuk karakter pegawai yang berintegritas, profesional, sehingga kinerja dalam bertugas melayani publik menjadi semakin baik. Sementara nama Salahuddin terinspirasi dari tokoh Islam yakni Salahuddin Al Ayyubi, seorang pejuang yang berperan besar dalam pendirian Masjid Al Aqsa. Masjid ini diresmikan pada 5 Desember 2008 oleh Direktur Jenderal Pajak, Darmin Nasution dan mulai dipakai pada tahun 2009.

Pada Bulan Ramadan ini, Masjid Salahuddin membuat rangkaian kegiatan yang bertema "Kantorku Surgaku".

"Kegiatan Ramadan dibuat agar pegawai betah di kantor dan diharapkan pegawai Ditjen Pajak semakin profesional menjalankan tugasnya. Rencananya tema ini akan dibuat buku, akan diluncurkan pada tanggal 10 Agustus nanti oleh penulis Ustadz Nanang Mubarok," ujar Sekretaris Takmir Masjid, Wartoko kepada detikRamadan, Selasa (7/8/2012).

Selama Ramadan ini, masjid Salahudin menyediakan 450 takjil setiap harinya serta i'tikaf yang diisi dengan sejumlah kegiatan seperti tausiyah, qiyamullail,muhasabah, dan sahur bersama.

Sementara di luar bulan Ramadan, masjid Salahuddin memiliki agenda rutin yang bekerjasama dengan Rumah Zakat untuk menggalang dana dan penyaluran bantuan untuk daerah Jabodetabek termasuk untuk anak yatim piatu dari pegawai pajak.

Kajian rutin mingguan diadakan setiap Senin setelah Zuhur mulai dari tema Kajian Fikih, Sirah Nabawiyah, tafsir Alquran hingga tafsir hadis yang dibawakan sejumlah ustadz, seperti Ust Ahmad Sarwat, Ust Muslih Abdul Karim, Ust Ahzami Samiun jazuli, dan Ust Daud Rasyid.[Detikramadhan/Go Klik-Info]
Share : Share Detail

Masjid Biru Soekarno dikelilingi simbol komunis

Masjid Biru Soekarno dikelilingi simbol komunis
Masjid Biru Soekarno. 3.bp.blogspot.com

Go Klik-Info, Keahliannya dalam berpolitik dan bernegosiasi, menjadikan presiden pertama Indonesia Soekarno dikenal luas di dunia Internasional. Semangat membentuk pemerintahan yang merdeka dengan ideologi nasakom, membuatnya disegani para kolega. Maka tidak heran jika sederet penghargaan dan simbol kenangan lainnya dialamatkan kepada Soekarno, termasuk Masjid Biru Soekarno yang berada di pusat kota St Petersburg, Rusia.

Awalnya Masjid Biru Soekarno yang juga bernama central mosque atau masjid St Petersburg dibangun pada tahun 1910, setelah mendapat izin Tsar Rusia, Nicholas II. Lokasi Masjid Biru berada di seberang benteng Peter dan Paul. Tujuan pembangunan masjid sebagai tempat ibadah kepada 8.000 karyawan Muslim yang bekerja membangun kapal di galangan Sungai Neva. Umumnya mereka datang dari Dagestan, Kazakhstan, Tajikistan, dan Turkmenistan.

Karena runtuhnya kekaisaran Tsar Rusia oleh kekuatan komunis pada tahun 1917, menjadikan Masjid Biru tidak terawat. Rezim komunis yang menutup rapat pintu agama, menjadikan Masjid Biru ditinggalkan umat Islam. Bahkan pada tahun 1940, Masjid Biru beralih fungsi sebagai gudang medis oleh tentara komunis.

Dalam buku sahabat lama, era baru tulisan Tomi Lebang dikatakan, fungsi masjid berubah ketika pada tahun 1956, Soekarno bertemu dengan pemimpin Uni Soviet Nikita Kruschev untuk membicarakan isu internasional yang sedang panas saat itu, dan keberlanjutan hubungan bilateral Indonesia-Uni Soviet.

Namun sebelum acara perjamuan di Kremlin, Soekarno menyempatkan diri untuk melihat suasana kota St Petersburg. Soekarno takjub menyaksikan lanskap kota yang tidak kalah dengan kota-kota di Eropa semisal Paris. Banyak bangunan bersejarah dan cantik di St Petersburg, seperti istana musim panas Peterhof, istana musim dingin Heritage.

Saat melintasi jembatan kota Trinity Bridge, tiba-tiba pandangan Soekarno tertuju pada bayangan bangunan yang menyerupai masjid. Dari dalam mobil yang dinaikinya, Soekarno menaksir jika memang bangunan yang berkubah biru itu sebuah masjid, tidak kurang mampu menampung 3.000 jamaah.

Karena merasa penasaran, akhirnys Soekarno meminta untuk mengunjungi bangunan tersebut. Sesampainya di depan bangunan, begitu terkejut Soekarno mengetahui jika banguan tersebut adalah sebuah masjid yang dijadikan gudang oleh pemerintah komunis Uni Soviet.

Melihat kondisi masjid yang memprihatinkan, Soekarno memutuskan untuk membatalkan beberapa kunjungannya ke St Petersburg yang waktu itu masih bernama Leningrad. Dia lebih tertarik untuk mengupas sejarah dan seluk beluk masjid St Petersburg.

Setelah selesai mengunjungi masjid, Soekarno segera bertemu Nikita Kruschev dan menyampaikan protesnya terhadap kondisi Masjid St Petersburg. Soekarno kemudian meminta untuk mengembalikan fungsi masjid dan membebaskan umat Islam untuk menjalankan ibadah di masjid tersebut.

Setelah menyelesaikan urusannya di Uni Sovet, Soekarno bersama rombongan kemudian kembali ke Indonesia. Hanya 10 hari setelah kunjungan Presiden Soekarno, bangunan ini kembali menjadi masjid.

Kini, selain tempat ibadah, masjid St Petersburg juga menjadi pusat kegiatan bernuansa Islami Muslim kota St Petersburg. Atas jasa Presiden Soekarno yang mengembalikan fungsi masjid, penamaan masjid juga berganti menjadi Masjid Biru Soekarno.

Pada 2003 silam, Presiden Indonesia Megawati Soekarnoputri juga menyempatkan diri berkunjung ke Masjid Biru dalam lawatannya ke negeri beruang merah itu. Megawati memberikan ukiran kayu surah Al-Fatihah yang berasal dari Indonesia untuk di tempatkan pada salah satu sudut masjid.

Tidak hanya Megawati, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bahkan menyempatkan salat sunnah di Masjid Biru saat kunjungannya ke Rusia pada tahun 2006.
Share : Share Detail

Masjid Jami Matraman, nyaris digusur Belanda

Masjid Jami Matraman, nyaris digusur Belanda
Masjid Jami Mataram. streetdirectory.co.id

Go Klik-Info, Letaknya yang strategis, menjadikan Masjid Jami Matraman di Jalan Mataram, Kelurahan Pegangsaan, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat tidak pernah sepi dari pengunjung yang ingin salat. Terlebih saat Ramadan, berbagai kegiatan sudah disiapkan untuk menghidupkan suasana ibadah dalam masjid.

Sebelum menjadi masjid agung pertama dan dipugar pada kurun 1955-1960 dan dilanjutkan tahun 1977, Masjid JamiMatramanawalnya merupakan gubuk kecil yang dibangun pasukan Sultan Agung selama menyerang pasukan Belanda. Ada dua fungsi utama gubuk tersebut, sebagai tempat salat dan penyusunan strategi perang.

Pembangunan gubuk tersebut membutuhkan perjuangan, mengingat lokasi yang strategis. Sultan Agung bersama pasukannya harus berperang merebut dari tangan Belanda. Dahulunya, lokasi tersebut dimanfaatkan Belanda sebagai kandang burung karena sebagian pasukan Belanda gemar memelihara Burung.

Keberadaan gubuk tersebut tidak berlangsung lama, Setelah bala bantuan Mataram bertambah, akhirnya Sultan Agung memutuskan meminta bantuan kepada salah satu keluarga Sunan Kalijaga untuk membongkar gubuk dan menggantinya dengan bangunan permanen. Pembangunan masjid permanen juga diikuti dengan penambahan fungsi masjid sebagai benteng pertahanan dan pos komando.

Dalam pertempuran melawan tentara Belanda, prajurit Mataram kalah telak. berbagai strategi dikerahkan, namun karena kalah jumlah dan persenjataan Belanda yang lebih modern, membuat pasukan Mataram harus pulang dengan tangan kosong.

Namun kekalahan prajurit Mataram tidak mengubah kondisi dan fungsi Masjid Jami Matraman waktu itu. Dalam buku ensiklopedi Jakarta yang disusun yayasan untuk Indonesia dijelaskan, pada tahun 1930 Masjid Jami dibangun kembali oleh sekelompok warga Matraman yang diketuai arsitek dari Ambon bernama Nyai Patiloy. Bahkan H Agus Salim juga pernah tercatat ikut campur dalam pembangunan masjid.

Belanda yang semula tidak mempermasalahkan lokasi masjid, tiba-tiba memprotes pembangunan masjid dan tidak setuju jika masjid tetap berada di pinggir jalan raya. Mereka khawatir jika nantinya peran masjid beralih fungsi sebagai markas untuk menyerang seperti pada kejadian sebelumnya.

Bahkan Belanda tidak segan untuk menawarkan bantuan sebesar 10 ribu gulden, jika umat Islam waktu itu bersedia membongkar masjid dan membangun kembali di lokasi berbeda. Permasalahan ini mendatangkan protes dari tokoh Islam terkemuka waktu itu, Namun akhirnya niat Belanda tidak terwujud.

Saat perjuangan merebut tanah air dari Belanda, Masjid Jami juga berperan besar sebagai tempat berkumpulnya para pejuang. Bahkan Saat Mohammad Hatta meninggal dunia, jenazahnya juga disemayamkan di masjid Jami Mataram.

Kini masjid Jami Matraman sudah mengalami peremajaan, dan penambahan jumlah bangunan menjadi dua lantai. penambahan tersebut untuk menunjang keperluan pendidikan Islam warga Jakarta.
Share : Share Detail

Masjid Unik Mirip Pura di Bali

Simbol persaudaraan umat muslim dan warga sekitar yang mayoritas Hindu
Bangunan masjid di Bali menyesuaikan diri dengan tradisi sekitarnya
Bangunan masjid di Bali menyesuaikan diri dengan tradisi sekitarnya
Go Klik-Info, Masjid Al-Hikmah di Bali menjadi simbol akulturasi budaya dan kerukunan antar umat. Masjid yang terletak di Jalan Soka, Denpasar itu kental dengan arsitektur Bali dan dihiasi ukiran khas Pulau Dewata.

Dari kejauhan, orang bisa salah mengira, bangunan ibadah Umat Islam itu sebagai pura, tempat sembahyang umat Hindu. Bagian muka Masjid Al-Hikmah dihiasi gapura khas Bali penuh ukiran, di antaranya patung naga dan buta kala yang lazim menghiasi pura.

Ornamen dari batu bata dan batu paras menambah indahnya interior masjid. Masjid tersebut sudah berdiri sejak tahun 1976 dan direnovasi dengan penambahan arsitektur 11 tahun lalu.

Pengurus masjid Al-Hikmah, Sofyan mengatakan, bentuk bangunan masjid merupakan simbol persaudaraan umat muslim dengan warga sekitarnya yang mayoritas beragama Hindu.

"Supaya tidak asing dengan lingkungan, membaur, adaptasi, akulturasi atau apa pun namanya," kata Sofyan pengurus Masjid Al Hikmah, kepada tvOne. Saksikan videonya di tautan ini.

Tak hanya bentuk bangunan, akulturasi budaya juga tercermin dari tradisi umat Muslim di wilayah lain, yakni Kampung Kepaon, Denpasar. Setiap sepuluh hari puasa digelar megibung saat buka puasa.

Megibung merupakan tradisi umat Hindu Bali dalam acara makan bersama. Karena pertautan keragaman yang tak bisa dipisahkan antara umat Hindu dan Muslim di Bali, tradisi ini pun diadopsi dalam buka bersama di Masjid Al-Muhajirin, Kampung Kepaon.

Tradisi ini adalah bentuk syukur atas datangnya Bulan Ramadan. Dalam tradisi megibung ini, setiap warga membawa makanan ke masjid untuk disantap bersama-sama. Tak hanya umat Islam, Umat Hindu pun ikut mengirimkan makanan dan makan bersama.[Vivanews/Go Klik-Info]
Share : Share Detail

Jakarta Islamic Center, Menghapus Wisata Jahiliyah Menjadi Wisata Ruhiyah

Jakarta Islamic Center (JIC)
 Go Klik-Info, Anda yang sudah lama tinggal di Jakarta, mungkin pernah mendengar nama 'Kramat Tunggak'. Mendengar nama itu, pastilah yang terbayang adalah dunia prostitusi. Tapi itu cerita lama. Kini kawasan itu telah berubah, dari kawasan hitam wisata maksiat menjadi kawasan wisata ruhani, karena di atasnya telah berdiri kokoh Jakarta Islamic Center (JIC).

Ya, sekilas sejarah. Kawasan prostitusi 'Kramat Tunggak' sangat populer keberadaannya di tahun 1970 hingga 1980-an. Tidak saja bisnis prostitusi yang menggeliat di kawasan ini. Bisnis perjudian pun tak kalah maraknya. Maklum, lokalisasi prostitusi dan judi di kawasan ini tumbuh karena mendapat legalisasi dari gubernur DKI Jakarta ketika itu, Ali Sadikin. Tujuannya untuk mengendalikan penyebaran bisnis judi dan prostitusi di Jakarta.

'Kramat Tunggak' adalah nama sebuah Panti Sosial Karya Wanita (PKSW) Teratai Harapan Kramat Tunggak, yang terletak di jalan Kramat Jaya RW 019, Kelurahan Tugu Utara, Kecamatan Koja, Kotamadya Jakarta Utara. Areal tersebut tepatnya menempati lahan seluas 109.435 m2 yang terdiri dari sembilan Rukun Tetangga (RT).

Kemasyhuran Kramat Tunggak saat itu bahkan hingga Asia Tenggara, dikenal sebagai pusat 'jajanan' terbesar bagi kaum hidung belang. Pada awal pembukaannya tahun 1970-an, terdapat 300 orang Pekerja Seks Komersil (PSK). Dan menjelang ditutupnya pada tahun 1999, jumlahnya mencapai 1.615 orang PSK. Artinya, lokalisasi ini tumbuh dan berkembang dengan pesat yang akhirnya menimbulkan masalah baru pada masyarakat di lingkungan sekitarnya dan sekaligus citra Jakarta yang tidak bisa dipisahkan dari sejarahnya sebagai sebuah kultur Betawi yang sangat identik sebagai komunitas Islam yang terbuka, bersemangat multikultur, toleran dan sangat mencintai Islam sebagai identitas utama kebudayaan mereka.

Kondisi jahiliyah Kramat Tunggak yang demikian menimbulkan desakan banyak kalangan masyarakat, terutama warga sekitar untuk segera menutup kawasan maksiat tersebut. Hingga pada 31 Desember 1999, lokalisasi Kramat Tunggak akhirnya secara resmi ditutup melalui SK Gubernur KDKI Jakarta No. 6485/1998.

Setelah ditutup, banyak gagasan yang muncul dari masyarakat untuk mengubah area tersebut menjadi kawasan yang positif. Ada yang mengusulkan pembangunan pusat perdagangan (mall), perkantoran dan lain sebagainya. Namun Gubernur Sutiyoso ketika itu memiliki ide lain, yaitu membangun Islamic Centre. Sebuah ide yang cemerlang yang menyatukan kelompok-kelompok lain yang awalnya berbeda-beda.

Setelah pembahasan cukup panjang dengan seluruh pemangku kepentingan baik di pemerintahan provinsi maupun tokoh masyarakat, dan pematangan perencanaan, akhirnya dikeluarkanlah SK Gubernur KDKI No 99/2003 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengelola Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta (Jakarta Islamic Centre). Selanjutnya pada tahun April 2004, Badan Pengelola Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta (Jakarta Islamci Centre) diangkat/dilantik melalui SK Gubernur KDKI Jakarta No. 651/2004.

Saat ini, kondisinya sudah berubah 180 derajat. Bangunan megah yang juga dijadikan sebagai pusat pendidikan agama Islam itu telah menjelma menjadi kebanggaan warga sekitar dan warga Jakarta pada umumnya.
Mengunjungi Jakarta Islamic Center (JIC), tak akan sedikitpun terkesan nuansa 'panas' ataupun kesan maksiat sebagaimana sebelumnya.

Selain sebagai pusat pendidikan agama Islam, JIC juga menawarkan potensi wisata religi yang berada di wilayah Jakarta Utara. Bahkan, keberadaan JIC juga termasuk dalam program 12 destinasi wisata pesisir yang menjadi andalan Pemkot Administrasi Jakarta Utara di bidang pariwisata.

JIC menjadi sarana rekreasi untuk menambah wawasan. Karena di dalamnya dilengkapi dengan sebuah perpustakaan yang sangat nyaman dengan koleksi berbagai macam referensi buku-buku Islam yang cukup lengkap.


*dikutip dari berbagai sumber
Share : Share Detail

Masjid Agung Damaskus, Saksi Peradaban Bizantium hingga Bani Umayyah

Masjid Agung Damaskus di kenal juga Masjid Umayyah
Go Klik-Info,
Masjid Agung Damaskus, atau lebih dikenal dengan Masjid Umayyah, adalah salah satu masjid terbesar tertua dan suci di dunia. Di masjid ini, terdapat makam Saladin (Salahudin Al Ayubi) di sebuah taman kecil berdampingan dengan dinding utara masjid.

Damaskus diyakini sebagai kota tertua di dunia dan Masjid Umayyah berdiri di situs yang telah dianggap tanah suci selama 3.000 tahun lamanya. Ketika itu, Aram membangun sebuah kuil untuk Hadad, dewa badai dan kilat. Pada awal abad pertama, Roma kemudian tiba dan membangun sebuah candi besar untuk Jupiter yang melebihi kuil Aram. Kuil Romawi berdiri di atas platform empat persegi panjang (Temenos) yang berukuran sekitar 385 x 305 meter, dengan menara persegi di setiap sudut. Bagian dinding luar dari Temenos masih bertahan, tapi kini hampir tidak ada yang tersisa dari candi tersebut.

Pada akhir abad keempat, kawasan candi menjadi situs suci Kristen. Kuil Jupiter hancur dan sebuah gereja yang didedikasikan untuk Yohanes sang Pembaptis dibangun di atasnya. Gereja itu diyakini menyimpan kepala Yohanes Sang Pembaptis. Salah satu legenda juga mengatakan bahwa ketika gereja dihancurkan, kepalanya ditemukan di bawah, lengkap dengan kulit dan rambut. Kepala ini diyakini oleh beberapa orang untuk memiliki kekuatan magis dan terus menjadi fokus dari ziarah tahunan. Situs ini juga menjadi tujuan ziarah penting di era Bizantium Romawi.

Awalnya, penakluk Muslim Damaskus tahun 636 M tidak mengakui gereja sebagai bangunan bersama umat Muslim dan Kristen. Bangunan ini tetap sebuah gereja dan tempat berziarah bagi umat kristiani. Di bawah kepemimpinan Umayyah Al-Walid, gereja lalu dihancurkan dan masjid ini dibangun antara tahun 706 M dan 715 M. Ganti rugi dibayarkan kepada orang-orang Kristen sebagai kompensasi. Saat itu, Damaskus adalah salah satu kota paling penting di Timur Tengah dan kemudian menjadi ibu kota kekhalifahan Bani Umayyah.

Masjid Umayyah di Damaskus memiliki struktur megah. Terdapat ribuan karya pengrajin Koptik dan Persia asal India dan Bizantium. Bagian masjid Umayyah terbagi atas ruang salat, Triple-aisled atau aula seluas 160 meter persegi dengan atap kayu dan keramik, halaman yang luas dan ratusan kamar untuk para peziarah.

Selain itu ada arcade yang ditutupi marmer berwarna, mosaik kaca dan emas selebar 4.000 meter persegi. Masjid ini bisa dibilang memiliki mosaik emas terbesar di dunia. Pada masa Khalifah Al-Walid, menara masjid mengalami rekonstruksi bangunan sekitar tahun 1340 dan 1488 M. Menara di sudut tenggara disebut Minaret Yesus, karena umat muslim meyakini bahwa Yesus (Nabi Isa as) akan muncul saat kiamat tiba. Struktur menara dari masjid dikembangkan dari Temenos Romawi kuno dan tata letak bangunan ini mengikuti gaya Masjid Nabi di Madinah.

Masjid Umayyah telah dibangun beberapa kali akibat kebakaran di 1069 M, 1401 M dan 1893 M. Para panel marmer ditulis sesudah kebakaran pada tahun 1893, yang ketika itu api merusak mosaik besar. Pada tahun 2001, Paus Yohanes Paulus II mengunjungi masjid, terutama untuk mengunjungi peninggalan Yohanes Pembaptis. Ini adalah pertama kalinya seorang paus melakukan kunjungan ke masjid.


*Dikutip dari berbagai sumber
Share : Share Detail

Masjid Luar Batang, Saksi Bisu Sejarah Masuknya Islam di JakartaMasjid Luar Batang, Saksi Bisu Sejarah Masuknya Islam di Jakarta

Masjid Luar Batang di Jakarta

 Go Klik-Info, Jakarta - Satu lagi warisan sejarah perkembangan agama Islam di Jakarta yang masih terjaga hingga sekarang. Adalah Masjid Luar Batang yang terletak di Kampung Luar Batang, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara atau tepatnya di belakang Pelabuhan Sunda Kelapa. Meski telah berumur 3 abad, bangunan masjid ini masih berdiri kokoh hingga saat ini.

Sejarah Kampung Luar Batang sendiri berawal sejak masa pemerintahan Belanda pada abad ke-18. Kampung yang berada di luar kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa ini dibatasi pemerintah dengan batang pohon. Kawasan di luar batas ini menjadi tanda untuk warga harus membayar retribusi bila memasuki pelabuhan. Lokasi di luar batas batang pohon tersebut selanjutnya disebut Kampung Luar Batang.

Di kampung ini dahulu tinggal seorang ulama muda asal Madhramaut, Yaman Selatan bernama Habib Husein bin Abu Bakar Alaydrus. Ia merupakan ulama besar di Jazirah Arab pada saat itu. Habib Husein di usia mudanya saat itu sibuk berlayar menyiarkan agama Islam di Nusantara sambil berdagang. Sosoknya pun dikenal baik oleh warga Kampung Luar Batang.

Habib Husein lah yang membangun Masjid Luar Batang pada tahun 1735. Nama masjid ini diberikan sesuai dengan julukan Habib Husein, yaitu Habib Luar Batang.

Masjid ini awalnya adalah surau atau musala. Di sinilah Habib Husein menyiarkan agama Islam di kampung Luar Batang. Karena kegiatan syiarnya, ulama yang memiliki sifat tegas ini sempat ditahan oleh pemerintah Kolonial di kawasan Glodok.

Habib Husein berdakwah di Kampung Luar Batang hingga akhir hayatnya pada tahun 1756. Ia pun berpesan agar dirinya dimakamkan di kawasan Kampung Luar Batang. Namun, pemerintah kolonial meminta agar sang habib dimakamkan ke pemakaman khusus orang Arab, di Tanah Abang.

Pemindahan makam Habib gagal. Setiap kali kurung batangnya tiba di pemakaman, selalu saja jenazahnya tidak ada. Murid Habib kemudian menemukan jenazah gurunya di surau. Hal ini terjadi hingga tiga kali hingga akhirnya Habib Husein dimakamkan di samping surau. Cerita itu pun terdengar hingga negeri Belanda.

Kini, surau tersebut telah diubah menjadi bangunan masjid megah bergaya Eropa dan Hindu. Meski begitu bedug, tiang penyangga, dan atap dari bambu di masjid itu masih asli, sama yang digunakan saat Habib Husein masih hidup.

Bangunan masjid Luar Batang sudah mengalami dua kali pemugaran. Pemerintah provinsi pun memasukkan masjid sebagai kawasan cagar budaya.

Ruangan masjid terdiri dari tiga ruangan, yakni ruangan utama yang digunakan sebagai tempat salat. Kemudian ruangan makam atau Keramat Luar Batang yang berada di sisi barat ruang utama serta aula di bagian depan masjid yang bersebelahan dengan ruang keramat atau makam Habib Husein.

Ruangan makam keramat terdapat dua makam, yakni makam Habib Husein dan makam Haji Abdul Khadir, seorang murid Habib Husein yang merupakan keturunan Tionghoa. Kedua makam tersebut sampai sekarang sama sekali tidak mengalami perubahan dari bentuk aslinya.

Masjid ini tak pernah sepi pengunjung. Ratusan pezirah dari berbagai daerah maupun mancanegara berdatangan setiap harinya. Terutama di malam Jumat Kliwon dan saat peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, dimana pengunjung bisa mencapai ratusan orang.Go Klik-Info
Share : Share Detail

Manifesto Perjalanan Seorang Anton Medan

 
Go Klik-info, Ada perbedaan yang sangat signifikan jika menyebut nama Anton Medan dahulu dan sekarang. Dulu Anton merupakan momok bagi masyarakat umum. Namun, menyebut nama Anton Medan saat ini berarti memunculkan sosok mantan pelaku kriminal yang bertobat dan konsisten menjalani pertobatannya.

Sebagai salah satu bentuk keinsafan, Anton membangun empat pondok pesantren di Babelan Bekasi, Cisarua, Kalimantan, dan Cibinong. Pondok pesantren di Cibinong, yakni Pondok Pesantren At-Taibin, bahkan dilengkapi masjid yang megah dan unik.

Masjid yang kental dengan nuansa Cina tersebut bernama Masjid Tan Kok Liong, sesuai dengan nama asli Anton Medan, yakni Tan Hok Liang. Jika dilihat sepintas, orang akan mengira bangunan tersebut adalah kediaman khas bangsa Tiongkok atau semacam istana di Cina.

Gaya khas bangunan Cina terlihat jelas pada atap masjid yang menggunakan pola limas tiga tingkat dengan ujung wuwungan dihiasi relief kepala naga. Di bagian pucuk atap terdapat mustika berbentuk topi Putri Xin Chiang dengan lafaz Allah Swt. pada puncaknya. Putri Xin Chiang adalah wanita Cina pertama yang memeluk agama Islam.

Hampir keseluruhan detail bangunan dan elemen hias yang digunakan menegaskan pengaruh gaya Cina pada masjid ini, seperti pada desain pintu yang dilengkapi lampion di sekitarnya. Ciri bangunan masjid terletak pada kubah kecil berwarna emas di atap gazebo pintu masuk masjid.

Detail ornamen juga mengandung makna filosofis yang dalam. Miniatur empat burung rajawali di atap teratas dan lima burung perkutut di setiap ujung wuwungan atap bermakna harapan agar umat Islam bisa memandang setiap persoalan setajam tatapan rajawali, bukan seperti burung perkutut yang selalu bergerombol namun tak sanggup berbuat apa-apa.

Keunikan lainnya adalah pendopo di samping masjid yang ternyata merupakan sebuah makam dengan pusara, namun tanpa jenazah. Menurut pengakuan Anton, makam tersebut sengaja dipersiapkan untuk tempatnya berlabuh kala dirinya telah meninggal.

Segala keunikan yang ada pada Masjid Tan Kok Liong secara tidak langsung merupakan manifestasi proses panjang seorang Anton Medan. Sebuah perjalanan hidup yang patut dijadikan pelajaran berharga.[Duniamasjid.com/Go Klik-info]
Share : Share Detail

Masjid Washington Bawa Pencerahan Bagi Non-Muslim AS

Seorang Imam sedang memimpin sidang
sholat jumat yang digelar didepan
masjid Washington sebagai upaya
menarik minat warga A.S
 Go Klik-Info, WASHINGTON (Berita SuaraMedia) – Islamic Center of Washington, Masjid terbesar di Washington DC, tidak hanya menjadi destinasi favorit pengunjung dan warga Muslim setempat, tapi juga bagi banyak non-Muslim yang datang untuk menimba pengetahuan tentang agama Islam.
“Kami berusaha menyebarkan pengetahuan Islam seperti yang diajarkan oleh kitab suci Al Quran, melalui kebijaksanaan dan bimbingan yang baik,” ujar Imam Abdullah M. Khiuj, direktur Islamic Center, kepada IslamOnline.net.

Masjid bersejarah itu, yang berlokasi di dekat jantung kota Washington di Massachusetts Avenue, adalah destinasi bagi orang-orang non-Muslim baik yang dari Amerika maupun luar untuk ikut serta dalam tur Masjid.

“Setiap hari kami menerima sekitar 10 hingga 600 pengunjung,” ujar Imam Khouj.
Beberapa dari tur itu diadakan untuk para pejabat Departemen Luar Negeri yang akan ditugaskan di dunia Muslim atau untuk para pelajar yang akan belajar di negara Muslim.

“Mereka datang ke Islamic Center dan kami memberi mereka ceramah dan seminar mengenai situasi di Timur Tengah dan apa yang akan dihadapi serta bagaimana berperilaku di sebuah negara Muslim,” jelas Imam Khouj.

Islamic Center ini adalah Masjid tertua di wilayah Metropolitan Washington.
“Pembangunan Masjid ini dimulai tahun 1947 dan dibuka untuk publik tahun 1952,” ujar sang imam.
Ketika dibuka, Masjid ini menjadi tempat ibadah kaum Muslim yang terbesar di wilayah Barat.
Khouj mengatakan bahwa ide pembangunan Masjid pertama kali muncul di tahun 1944, ketika tidak ada satu Masjid pun di ibukota AS ini.

“Masjid itu adalah upaya kolaboratif dari kaum Muslim di sini dan duta besar-duta besar dari negara-negara Islam,” jelasnya.

“Pada saat itu mereka sedang berada di upacara pemakaman seorang duta besar Turki  di mana mereka membahas kemungkinan memiliki sebuah tempat bagi kaum Muslim untuk mempraktikkan ajaran agamanya dan itulah bagaimana Masjid ini berdri.”

Islamic Center itu dikelola oleh dewan direktur  yang terdiri atas semua duta besar dari negara-negara Muslim yang dipercaya oleh AS.

Selama tur, pengelola Masjid juga memberikan informasi tentang Islam, ajarannya, dan Nabi Muhammad serta menjawab berbagai pertanyaan dari pengunjung yang penasaran.
“Banyak yang menanyakan status Yesus Kristus dalam Islam, dan saya jawab bahwa kau tidak bisa menjadi seorang Muslim sejati jika kau tidak meyakini Yesus,” ujar Abbassie Koroma, koordinator kunjungan kelompok.

“Yang lainnya menanyakan jika Islam bersifat toleran dan penuh damai lalu mengapa banyak Muslim yang menjadi teroris. Saya menjawab bahwa Islam tidak ada hubungannya dengan perilaku buruk individu.”

Koroma berbicara setelah menyelesaikan sebuah tur untuk sekelompok pelajar dari sekolah Minggu Kristen yang mendengarkan dengan penuh seksama saat ia membahas lima rukun Islam dan apa artinya menjadi seorang Muslim.

“Kami datang ke sini karena saya ingin para murid memahami kaum Muslim dan agama mereka,” ujar Tom Clumet dari sekolah Minggu itu.

Dean, salah satu murid, bergabung dengan tur itu karena sahabatnya adalah seorang Muslim dan ia ingin tahu lebih jauh tentang agama sahabatnya itu.

Ia terkesima ketika mendengar berbagai penjelasan yang diberikan.

“Informasi yang saya peroleh sangat berguna. Kini saya merasa telah tahu lebih banyak tentang Islam.”

Seperti Masjid-masjid lainnya di seluruh AS, Islamic Center ini juga menawarkan berbagai jenis layanan bagi komunitas lokal.

“Tempat ini adalah pusat bagi setiap Muslim yang ada di wilayah ini,” ujar Khouj.
“Kami mencoba untuk menjadi Islamic Center yang edukasional, kultural, dan sosial di samping sebagai tempat yang relijius.”

Masjid tersebut memiliki sebuah perpustakaan yang sangat besar dengan berbagai buku tentang Islam serta kelas-kelas untuk pelajaran bahasa Arab, Al Quran, hukum Islam, dan subyek-subyek relijius lainnya.

“Sayangnya lahan yang tersedia tidak memungkinkan bagi kami untuk membangun sebuah sekolah di sini, namun kami berhasil membuka beberapa kelas pada hari Sabtu dan Minggu untuk murid-murid kelas enam.”

Masjid ini juga terlibat dalam kehidupan sosial komunitas dan mencoba memecahkan beberapa dari persoalan yang mereka hadapi.

“Kami memberikan konseling pernikahan, kami membantu orang-orang memahami prosedur pemakaman dan penguburan, kami mencoba membantu orang-orang yang belum menikah untuk mencari pendamping hidup,” ujar Imam Khouj.

“Kami membeli sebuah lahan pemakaman yang tersedia bagi kaum Muslim secara gratis, karena biaya pemakaman di AS sangat mahal.”

Namun, layanan yang paling dibanggakan oleh Islamic Center ini adalah program dakwahnya.
“Kami menerima banyak orang yang masuk Islam di sini setiap bulannya,” ujar Imam Khouj.
“Kami mengadakan seminar bagi para mualaf yang, demi untuk menjadi terlibat dengan agama barunya, harus memiliki pemahaman dan visi yang jelas dan tidak hanya sekedar mengikuti metode-metode tertentu.”

Direktur Islamic Center ini juga menambahkan bahwa program outreach mereka telah meluas hingga ke luar Masjid.

“Kami memiliki partisipan yang membantu kami mengirimkan buku-buku ke institusi di seluruh AS, terutama di penjara-penjara di mana banyak orang yang ingin tahu tentang Islam,” ujarnya.
“Dan kami menerima sejumlah surat dari para petugas penjara yang berterima kasih karena setelah masuk Islam perilaku para tahanan itu berubah dan mereka menjadi manusia yang lebih baik.”
Khouj mempercayai bahwa membantu menyebarkan pesan Islam adalah peran utama dari setiap Masjid.

“Kami mengirim banyak orang ke sekolah-sekolah, organisasi, dan penjara untuk memberikan ceramah tentang Islam.”

“Kami berusaha keras untuk berpegang pada agama kami dan mewakili Islam sebagaimana ia seharusnya diwakili.”[ IslamOnline.net/Go Klik-Info]
Share : Share Detail

Masjid Baiturrahman, Sejuk di Tengah Hiruk Pikuk Dunia Politik DPR


Go Klik-Info, Berada di dalam kompleks MPR/DPR Senayan, Jakarta, yang merupakan pusat hiruk-pikuk dunia politik Indonesia, Masjid Baiturrahman menjadi pembawa kesejukan rohani.

Masjid, yang saat ini dikelola oleh Sekretariat Jenderal MPR/DPR, tersebut memiliki bentuk unik dan mungkin hanya satu-satunya di Indonesia. Bentuk keseluruhan masjid yang menyerupai bunga tanjung ini berasal dari ide salah seorang anggota DPR yang baru saja pulang dari kunjungan kerja di Filipina. Di sana terdapat satu masjid dengan pola arsitektur seperti bunga tanjung.

Masjid Baiturrahman terletak di area yang terpisah dengan lokasi tanah yang lebih tinggi daripada gedung lainnya. Dengan demikian, keberadaaan masjid ini cukup menonjol meskipun tergolong tidak seluas gedung lain di kompleks wakil rakyat tersebut.

Pola bangunan masjid berupa centuk geometris dengan garis-garis tebal berujung lancip yang membungkus keseluruhan bangunan dan disapu warna hijau terang. Kubah masjid ini berbentuk segi delapan dengan garis- garis lancip sebagai pembentuk sudutnya. Sungguh indah dipandang.
Di area depan masjid, sebuah Pendopo seakan menjadi area transisi sebelum memasuki masjid. Dari pendopo tersebut batas suci mulai diperlakukan. Tangga bata dipadu Keramik yang tidak terlalu tinggi menjadi penghubung antara bangunan utama dengan pendopo.

Di ujung tangga terdapat teras yang -mengelilingi bangunan utama. Teras ini tidak terlalu luas, tetapi indah karena dari sana terlihat ukiran kayu jati bermotif dedaunan yang membentuk pintu besar ruang utama masjid.

Di samping teras terdapat bedug tergaris tengah 1,97 meterdan panjang 3 meter. Bedug ini berbahan kayu yang didatangkan dari hutan Blora dan permukaannya dibuat dari kulit sapi Australia.
Keindahan pun mencuat ketika memasuki bagian dalam masjid. Meskipun tidak terlalu besar, ruangan ini terkesan lapang karena hanya memiliki dua tiang kayu penyangga.
Kesan megah pun mampir ke benak pengunjung kala memperhatikan ornamen ruangan. Sebuah lampu gantung berbentuk bunga tanjung berada tepat di sentra bawah kubah. Di dinding pun banyak terdapat ornamen yang juga mengacu pada bentuk bunga tanjung.

Kesan minimalis sangat tampak di bagian depan ruang utama. Di sana terletak sebuah mimbar yang tidak terlalu besar menutupi setengah bagian dinding yang hanya disapu warna putih tanpa detail ornamen seperti masjid pada umumnya.

Ruang utama ini terdiri dari dua tingkat. Tingkat dua yang mengelilingi ruang dasar utama digunakan untuk tempat shalat kaum hawa.

Baiturrahman berarti rumah kasih sayang, sebuah simbol bahwa di masjid manusia bisa merasa nyaman dan mengharapkan kasih sayang Sang Pencipta.
[Duniamasjid.com/Go Klik-Info]
Share : Share Detail

Masjid Nabawi berikan khotbah Jumat dalam bahasa isyarat



Masjid Nabawi berikan khotbah Jumat dalam bahasa isyarat
Petugas Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi sedang menyampaikan khotbah Jumat dalam bahasa isyarat
untuk membantu kaum difabel. (c) dokumentasi/alarabiya.net


Go Klik-Info, Selama ini penderita tunarungu dan tunawicara hanya duduk diam saat mengikuti khotbah Jumat. Terobosan baru dilakukan oleh takmir Masjid Nabawi, Kota Madinah, Arab Saudi, dengan menyediakan ahli bahasa isyarat untuk membantu jamaah difabel memahami isi ceramah khatib.

Stasiun televisi Al Arabiya melaporkan, Sabtu (4/8), Salah satu penerjemah yang dipekerjakan takmir Masjid Nabawi memuji langkah ini. Khalid al-Thakir, pegiat difabel sekaligus ahli bahasa isyarat menilai kaum tunarungu dan tunawicara yang selama ini malu ke masjid karena keterbatasannya bisa terbantu. "Mereka tidak lagi dianggap berbeda dan setara dengan jamaah lain yang datang ke masjid ini," kata al-Thakir.

Layanan ini diberikan mulai awal bulan Ramadan tahun ini, bertepatan dengan acara ibadah untuk kaum difabel dari seluruh dunia. Takmir Masjid Nabawi mempekerjakan beberapa ahli bahasa isyarat untuk khotbah Jumat. Rencanya, fasilitas ini akan terus ada saat hari raya maupun ceramah khusus.

Salah satu jemaah tunarungu tidak disebut namanya juga bersyukur karena akhirnya mereka bisa ikut menyimak isi ceramah khatib. "Saya baru-baru ini mendapat kabar Masjid Nabawi menyediakan ahli bahasa isyarat bagi kami, kami sangat terbantu karenanya," ujar dia.[merdeka/Go Klik-Info]
Share : Share Detail

Kesederhanaan Masjid Seribu Tiang

Masjid Agung Al-Falah (Foto: wikipedia)
Masjid Agung Al-Falah

 
Go Klik-Info, MASJID satu ini lain daripada yang lain. Bangunannya sama sekali tidak mempunyai dinding atau tembok pembatas, mengizinkan angin sepoi-sepoi masuk ke dalam ruang ibadah.

Masjid Agung Al Falah di Kota Jambi merupakan yang terbesar di Provinsi Jambi. Sementara banyak masjid menampilkan keindahan melalui bentuk bangunan megah dengan banyak detail ornamen sebagai penghias, daya tarik terbesar Masjid Agung Al Falah justru pada sisi kesederhanaannya.

Jika dilihat sekilas, bangunan masjid ini memang hanya seperti sebuah pendopo terbuka dengan banyak tiang penyangga dan satu kubah besar di atasnya. Bentuk bangunan dengan konsep keterbukaan tanpa sekat seperti ini menghasilkan kesan ramah.

Masjid ini dikenal dengan nama Masjid 1.000 tiang, karena banyaknya tiang yang menopang rumah ibadah ini. Sebenarnya, jumlah tiang tidak sampai seribu buah melainkan hanya 232 tiang.

Bentuk-bentuk tiang ini beragam. Dari luar terlihat seperti umumnya tiang biasa dan berwarna putih polos. Namun, saat memasuki bagian tengah masjid akan terlihat jajaran 40 tiang bergaris tengah lebih besar daripada rang di luar. Bagian bawah tiang di tengah ini dihiasi ornamen ukiran kayu. Bagian tubuh tiang terbuat dari tembaga kuringan yang didatangkan dari Jepara, Jawa Tengah. Demikian seperti dikutip dari Duniamasjid, Sabtu (4/8/2012).

Keindahan bagian dalam masjid semakin terlihat dari bentuk mihrab yang terletak di dinding bagian barat, satu-satunya dinding masjd ini. Mihrab dihiasi ukiran dan kaligrafi dari kuningan dan tembaga.

Pemberian nama Al-Falah yang berarti kemenangan pada masjid ini juga memiliki banyak makna. Dari segi Islami, Al-Falah bermakna bahwa kehidupan manusia di dunia haruslah memperoleh kemenangan dengan mempertebal keimanan dan ketakwaan.

Menurut sejarah, masjid ini berlokasi di Tanah Pilih Seseko Betuah, yaitu tanah milik Kerajaan Melayu Jambi yang pada 1855 dikuasai oleh pemerintah Belanda sebelum berhasil dikuasai pemerintah Melayu.[Duniamasjid/Go Klik-Info]
Share : Share Detail

Pesona Negeri 1.001 Malam di Masjid Agung Tuban

img
Go klik-Info,Tuban - Arsitektur masjid yang penuh dengan ukiran dan polesan aneka warna cantik, membawa setiap pelancong yang datang seolah berada di Irak. Inilah Masjid Agung Tuban yanag memancarkan pesona Negeri 1.001 Malam.

Hampir semua orang yang telah datang ke Masjid Agung Tuban mengakui keindahan dan kecantikan masjid ini. Tampilan luarnya yang dilapisi dengan aneka hiasan indah selalu menarik hati setiap mata yang memandang.

img

Masjid Agung Tuban cukup ramai didatangi umat Muslim yang sedang berada di Tuban. Karena letaknya yang berada tepat di Alun-alun Kota Tuban, masjid ini sangat ramai dikunjungi.

Ada banyak alasan bagi mereka yang datang ke Masjid Agung Tuban. Ada yang memang berniat datang untuk beribadah, adapula yang datang sekadar untuk melihat-lihat kecantikan masjid.

Memang benar, Masjid Agung Tuban memiliki keindahan arsitektur yang patut diacungi jempol. Lihat saja penampilan luarnya, masjid ini mengadopsi gaya masjid yang ada di Irak, si Negeri 1.001 malam.

Ini bisa dilihat dari warna yang digunakan begitu bervariasi dan cerah. Diurutkan dari atas, kubah masjid ini diberi warna putih, biru, dan kuning. Turun ke dinding, warna yang digunakan lebih banyak lagi, yaitu salem atau peach, hijau muda, hijau tua, biru muda, kuning dan cokelat. Benar-benar permainan warna yang apik.

Masuk ke dalam masjid, Anda bisa melihat banyak pola lengkungan yang digunakan untuk menghubungkan tiang penyangga di dalam masjid. Di antara tiang, terdapat rak-rak buku yang digunakan sebagai rak Al Quran. Jadi, Anda tidak perlu membawa Al Quran dari rumah.
img
Meski mengambil gaya masjid di Irak, Masjid Agung Tuban tidak melupakan gaya Jawa. Ini terlihat dari pintu dan mimbar yang terbuat dari kayu dengan ornamen Jawa klasik.

Selain pola arsitekturnya, yang membuat Masjid Agung Tuban lebih spesial adalah keberadaannya yang telah berdiri sejak abad ke-15. Masjid Agung Tuban didirikan oleh Bupati Tuban pertama yang memeluk agama Islam, yakni Adipati Raden Ario Tedjo, dengan nama Masjid Jami'.

img
Pada awalnya, Masjid Agung Tuban tidak sebesar yang ada sekarang. Namun, masjid ini mengalami beberapa kali pemugaran, yaitu pada tahun 1894, 1985 dan terakhir pada tahun 2005.

Waktu paling asyik untuk datang ke Masjid Agung Tuban adalah pada malam hari. Cahaya temaram lampu akan menerangi seluruh tubuh masjid, membuat Anda benar-benar serasa berada di Negeri 1.001 malam.
Share : Share Detail
 
Support : Creating Website Praburakka
Copyright © 2012. Go Klik Information - All Rights Reserved
Proudly powered by Blogger